berusaha dan bekerja serta yakin dengan kemampuan yang kita miliki sebenarnya lebih dari yang dimiliki orang lain
English French German Spain Italian Dutch
Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Rabu, 29 Februari 2012

Hirotako, Ingin Pertanian Indonesia Mendunia




Hirotako Hirano asli orang Jepang. Namun, peneliti dan pengusaha ini peduli untuk memajukan pertanian di Indonesia. Sejak 1992 hingga kini, ia setia menjembatani petani dan siswa sekolah menengah pertanian Indonesia mengikuti program magang pertanian ke Jepang.

Langkah ini ia pilih agar sumber daya manusia Indonesia di bidang pertanian bisa unggul. ”Suatu saat, hasil pertanian Indonesia harus mendunia,” katanya.

Hirano, ahli penyilangan benih ini, mengembangkan berbagai komoditas pertanian Jepang yang bisa ditanam di Indonesia. Tanaman asal Jepang, seperti labu raksasa, labu dengan beragam bentuk, semangka raksasa, cabai, dan tomat, diuji coba untuk ditanam di daerah dataran rendah dan tinggi.

Setelah sukses mengembangkan SMK pertanian di Sulawesi Selatan, selama tiga bulan terakhir, dia terjun langsung di SMKN 1 Pacet, Cianjur, Jawa Barat. Sejumlah komoditas pertanian dari Jepang dan Indonesia dikembangkan di area rumah kaca dan terbuka milik sekolah yang didirikan tahun 2004 ini.

Misalnya, jagung putih dan bawang merah jumbo (satu benih hanya menghasilkan satu bawang merah di atas tanah dengan berat mencapai 120 gram) yang tumbuh di lahan sekolah pada ketinggian sekitar 900 meter dari permukaan laut ini. Ia digandeng SMKN 1 Pacet untuk mengembangkan beragam komoditas pertanian yang bernilai tinggi dan bisa diterima pasar modern hingga diekspor ke Jepang. ”Saya melihat SMKN 1 Pacet berpotensi. Selama setahun, saya tinggal agar sekolah ini bisa unggul di bidang pertanian,” tuturnya.

Prihatin

Hirano prihatin dengan pertanian Indonesia yang tak kunjung maju. Padahal, Indonesia berpotensi untuk unggul. ”Saya ingin orang Indonesia berani bilang dan bangga, ini durian Indonesia. Ini jambu Indonesia, tak pakai jambu bangkok.”

Ia mengatakan, Indonesia bisa mengembangkan potensi tanaman sayur-mayur, buah, hingga bunga yang beragam. Didukung iklim tropis, pertanian Indonesia semestinya berkembang pesat.

”Pertanian Indonesia perlu dibangunkan dari tidurnya lewat anak muda yang bersekolah di bidang pertanian,” ujarnya.

Keterlibatannya menyiapkan lulusan sekolah menengah pertanian di Indonesia mengikuti program magang di Jepang berawal dari ajakan kenalannya yang bekerja pada semacam koperasi unit desa (KUD) di Ibaraki, Jepang. Kenalannya itu mau membuat program untuk membantu Indonesia.

Hirano bersedia menjembatani petani Indonesia mengikuti program magang di Jepang yang dibiayai Pemerintah Jepang. Selain Indonesia, program magang yang awalnya selama 6-12 bulan itu juga ditawarkan kepada petani China, Vietnam, Filipina, dan Thailand. Mereka ditempatkan di daerah pertanian Jepang di Provinsi Ibaraki (sentra beras) dan Yamanashi (sentra sayur- mayur).

Ia bekerja sama dengan Induk Koperasi Unit Desa (Inkud) merekrut anak-anak petani berusia 23-30 tahun yang siap magang. Sebelumnya, mereka dilatih dulu di Sukabumi, Jawa Barat.

Pada tahap awal, program ini mampu mendorong petani muda dari Indonesia untuk belajar banyak dari sistem pertanian Jepang. Beberapa alumnus magang berhasil mengembangkan KUD dan bisnis pertanian di tempat masing-masing. Hirano pun makin bersemangat mencari calon petani.

Setelah lima tahun berjalan, pemilihan calon yang mau magang ini bernuansa KKN. Akibatnya, orang yang dipilih tak tepat, ada yang melarikan diri sebelum program magang berakhir. ”Saya sedih. Saya, kok, dikhianati,” katanya.

Ketika Orde Baru tumbang, kerja sama dengan Inkud selesai. Hirano menjajaki kerja sama dengan Departemen Pertanian. Di sinilah mulai direkrut lulusan sekolah pertanian pembangunan dan sekolah pertanian menengah atas.

Mutu peserta magang dari Indonesia semakin memuaskan dan kebijakan magang ditingkatkan menjadi tiga tahun. Bahkan, dalam perjalanan waktu, Pemerintah Jepang mengeluarkan kebijakan yang tak membedakan antara pekerja asing dan Jepang. Mereka digaji, diberi asuransi, dan dikenai pajak yang sama.

Hirano menyebutkan, gaji peserta magang bisa mencapai Rp 15 juta per bulan. Tempat tinggal ditanggung, sedangkan biaya hidup berkisar Rp 3 juta per bulan.

Dalam mempersiapkan peserta magang, ia memperhatikan betul kualitas dan standar Pemerintah Jepang. Saat ada keluhan kemampuan Matematika orang Indonesia rendah, ia turun tangan. Hasil tes calon peserta saat itu cuma mencapai standar kelas III SD di Jepang.

”Saya tak mau orang Indonesia direndahkan karena Matematika. Kami berikan pelatihan khusus untuk memperkuat Matematika. Ternyata mereka bisa,” katanya.

Hirano sempat merasa lelah. Ada rasa sedih karena tak banyak peserta magang yang setelah kembali ke Indonesia mengontak dia. ”Padahal, sederhana saja, saya cuma ingin dikabari, ditelepon anak-anak,” ungkapnya.

Hirano sempat ingin berhenti. Namun, Departemen Pertanian dan Japan International Training Corporation memintanya terus bertugas demi hubungan dan kerja sama kedua negara. Meski begitu, tetap ada peserta yang melarikan diri.

”Saya lapor ke Departemen Pertanian, kenapa tak ada pengawasan atau seleksi ketat dalam memilih peserta magang, tetapi belum ada jawaban,” katanya.

Bagaimanapun, Hirano tetap yakin program ini bermanfaat. Pada 2005, ia mendirikan Yayasan Agro Internasional Indonesia di Pekanbaru, Riau, untuk menjembatani program magang pertanian. Ia menampung calon peserta magang dari sekolah menengah pertanian sejumlah daerah. Mereka yang lulus tes akan mengikuti program magang.

Berubah

Hirano mengaku jatuh cinta pada Indonesia. Awalnya, ia berkecimpung di bidang pariwisata. Ia datang ke Indonesia tahun 1973 saat menggarap proyek musik di Kepulauan Seribu.

Setahun kemudian, ia mendapat beasiswa S-2 Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Indonesia. ”Saya punya mimpi keliling Indonesia. Saya buat program-program yang memungkinkan keliling Indonesia,” ungkapnya.

Awalnya, soal pertanian tak ia perhitungkan. Semuanya berubah tahun 1992, saat pesawat JAL jatuh dan 456 penumpangnya meninggal. Musibah itu membuat Direktur Utama JAL Mr Takagi mengundurkan diri. Padahal, ia banyak membantu program Hirano.

Sejak itulah, ia beralih ke bidang pertanian. Kecintaannya pada tanaman mendorongnya membuka potensi pertanian Indonesia. ”Saya ingin Indonesia bangga dengan hasil pertaniannya,” katanya lagi, meyakinkan.

http://bisniskeuangan.kompas.com/rea...nesia.Mendunia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo diisi yaw...

Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]