PAPER
METODE PENANGKAPAN IKAN
Pukat
Udang (shrimp
trawl)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pukat udang (shrimp trawl)
merupakan jenis jaring berbentuk kantong yang ditarik oleh satu
atau dua kapal, bisa melalui samping atau belakang
dengan sasaran tangkapannya udang. Pukat udang dioperasikan di
Indonesia stelah adanya larangan penggunaan trawl melalui keppres No. 39
tahun 1980. Pukat udang merupakan modifikasi dari alat penangkap trawl,
dimana jarring ini berbentuk kerucut. Jaring dilengkapi sepasang (2
buah) papan pembuka mulut jaring (otter board) dan Turtle ExcluderDevice/TED,
yang berfungsi untuk meloloskan tangkapan selain udang (Ayodhyoa.
1983). Pukat udang (shrimp trawl) merupakan
alat tangkap yang banyak kita temukan di perairan Indonesia. Selain
karena alat tangkap ini member hasil yang cukup besar bagi nelayan, alat
ini juga ramah lingkungan dan disetujui penggunaannya oleh Dinas
Kelautan dan Perikanan Indonesia. Alat ini merupakan alat yang efektif
namun tidak selektif sehingga dapat merusak semua yang dilewatinya. Oleh
karena itu kecenderungan alat tangkap ini dapat menjurus ke alat
tangkap yang destruktif. Aturan-aturan yang diberlakukan pada
pengoperasian alat ini relatif sudah memadai, namun pada prakteknya
sering kali dijumpai penyimpangan-penyimpangan yang pada akhirnya dapat
merugikan semua pihak.
Dalam perkembanganya Pukat
udang (shrimp trawl) terus mengalami kemajuan baik
dalam hal distribusinya maupun bentuknya. Walaupun di masing-masing
daerah mungkin akan mempunyai nama yang berbeda-beda dan mengalami
perubahan sesuai dengan keinginan penduduk setempat. Menurut sejarahnya
asal mula shrimp trawl adalah dari laut tengah dan pada abad ke
16 dimasukkan ke Inggris, Belanda, Prancis, Jerman, dan negara Eropa
lainnya. Bentuk shrimp trawl waktu itu bukanlah seperti bentuk
shrimp trawl yang dipakai sekarang yang mana sesuai dengan
perkembangannya telah banyak mengalami perubahan-perubahan.
Sebagai alat tangkap yang banyak
digunakan di Indonesia, tentunya kita perlu mengetahui dan memahami
seluk beluk alat ini. Oleh karena itu, di makalah ini kita akan
menemukan informasi-informasi berguna tentang pukat kantong, baik
mengenai sejarah, klasifikasi, metodologi penangkapan.
1.2
Tujuan
Malakah ini dibuat sebagai “Tugas
Wajib mengikuti Ujian Akhir Semester Mata Kuliah Metode Penangkapan
Ikan dan selanjutnya akan dijadikan bahan pertimbangan untuk penambahan
nilai oleh dosen pembimbing mata kuliah tersebut diatas” dibuat dengan
tujuan :
· Mengetahui aspek fisik dan
pengoprasian alat tangkap Pukat Udang Shrimp Trawl.
· Mengetahui Sumberdaya dan unit
penangkapan menggunakan Pukat Udang Shrimp Trawl.
· Menganalisis kelayakan penggunaan
alat tangkap tersebut di perairan Indonesia.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Unit Sumberdaya
Pukat udang atau biasa juga disebut pukat harimau
adalah jaring yang
berbentuk kantong yang ditarik oleh satu atau dua kapal, bisa melalui
samping atau belakang. Alat ini merupakan
alat yang efektif namun tidak selektif sehingga dapat merusak
semua yang dilewatinya. Pukat udang dioperasikan di Indonesia setelah
adanya pelarangan penggunaan trawl melalui Kepress No. 39 tahun 1980
(Baskoro, 2006). Seperti terlihat dengan jelas dari namanya,alat ini
terutama digunakan untuk menangkap udang, selain juga ikan yang ada di
perairan dasar (demersal) (Ayodhyoa. 1983). Jaring ditarik secara
horizontal (mendatar) di dalam air. Alat ini dilengkapi dengan papan
pembuka mulut jaring (otter board) yang membuat mulut jaring terbuka
selama kegiatan penangkapan dilakukan.
Spesies Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan utama dan menjadi sasaran utama tangkapan alat tangkap
pukat udang ini adalah jenis-jenis udang (shrimp) seperti udang jerebung
(Penaeus merguensis), udang windu (Penaeus merguensis),
udang dogol (Penaeus merguensis), udang krosok (Penaeus
merguensis). Namun ada pula hasil sampingan dari penangkapan dengan
pukat udang yaitu jenis-jenis ikan dasar atau jenis ikan demersal
antara lain pari (Trygon sephen), bulu ayam (Setipirnna spp.),
petek (Leiognathus spp.), cucut (shark), gulamah (Sciena spp.),
kapas-kapas (Gerres spp), krepa (Epinephelus spp.), nomei
(Harpodon spp.), bawal putih (Pampus argentus), rajungan
(Portunus pelagicus), cumi-cumi (loligo spp.), sotong (Sepia spp.) dan
lain-lainnya (Waluyo,1999).
Habitat dan Musim Tangkapan Udang
Habitat dari hasil tangkapan alat
tangkap Pukat udang (shrimp trawl) adalah daerah demersal, yaitu
daerah perairan dasar yang berpasir atau berlumpur. Operasi penangkapan
dapat dilakukan siang dan malam hari tergantung keadaan pula. Musim
penangkapan dari pukat udang ini sepanjang tahun, kecuali pada saat-saat
tertentu di mana cuaca tidak memungkinkan seperti pada saat musim
barat..
2.2. Unit Penangkapan Ikan
Pukat udang (shrimp trawl)
pada prinsipnya terdiri dari bagian kantong (cod end), badan (body),
sayap (wing), By-catch
Excluder Device/BED, sewakan
(otter board) dan tali tarik (warp). Desain pukat udang pada prinsipnya
adalah sama dengan pukat harimau atau jaring trawl lainnya. Material
(bahan) yang dipakai adalah PE, nylon, kawat (wire) Pukat udang ini
dioperasikan dengan ditarik menelusuri dasar perairan oleh kapal
berukuran 100 GT atau lebih dengan anak buah kapal (crew) lebih dari 10
orang. Lama penarikan antara 1-3 jam tergantung keadaan daerah
penangkapan (fishing ground). Daerah penangkapan dipilih dasar perairan
yang permukaannya rata, berdasar lumpur atau lumpur pasir.
Gambar 1. Kapal Operasi Pukat
Udang
BED (By-catch Excluder Device)
adalah bingkai berjeruji yang dipasang antara bagian badan dan kantong.
BED berfungsi sebagai penyaring dan/atau alat yang meloloskan ikan yang
bukan menjadi sasaran utama penangkapan (ikan target). BED merupakan
komponen kunci yang menjadikan Pukat Udang termasuk ke dalam alat
tangkap ramah lingkungan) karena memberikan nilai selektivitas yang
tinggi (Waluyo.
1999).
Alat
Tangkap Pukat Udang (Shrimp
Trawl)
Menurut Usemahu, A.R. dan
Tomasila, L.A. (2001), bagian – bagian pukat udang meliputi :
Tali
penarik
Panjang tali penarik biasanya
diperhitungkan dengan pedoman dalamnya perairan di tempat dimana pukat
udang dioperasikan. Pada umumnya panjang tali penarik berkisar 5 – 6
kali dalam perairan.
Bridleline
Bridle line adalah tali yang
menghubungkan antara sayap jaring dengan otterboard. Tujuan pemberian
tali ini adalah untuk menggiring ikan berkumpul di tengah – tengah
jaring. Pada umumnya panjang bridle line sekitar 6 meter. Ada juga yang
menggunakan bridle line sepanjang 50 – 100 meter, bahkan pada pukat
udang umumnya tidak menggunakannya.
Dan
Leno
Dan Leno adalah sebatang kayu yang
dipasang pada tiap – tiap ujung sayap pukat udang yang gunanya untuk
membuat sayap pukat udang dapat berdiri vertical dalam air.
Webbing
Besarnya jaring biasanya
ditentukan oleh panjang tali ris atas. Ukuran jaring (mata jaring) ada
yang sama dari ujung sayap sampai kantong, untuk ukuran mata jaring dari
sayap ke kantong biasanya semakin kecil. Ukuran mata jaringnya adalah
pada kantong ukuran mata jaring terkecil. Bahan yang digunakan untuk
membuat jaring yang paling umum digunakan adalah bahan nilon.
Tali ris
Tali ris
Ada dua macam tali ris pada pukat
udang yaitu tali ris atas dan tali ris bawah. Tali ris atas biasanya
disebut head line sedangkang tali ris bawah biasanya disebut ground rope
atau foot rope. Tali ris atas biasanya digunakan sebagai ukuran
penentuan besarnya pukat udang tersebut.
Layang
– layang
Layang – layang ini digunakan
untuk membuat mulut jaring terbuka selebar mungkin ke arah vertikal.
Prinsip kerja layang – layang sama dengan prinsip kerja otterboard.
Perbedaannya apabila otterboard ditarik akan bergerak ke arah samping,
sedangkan layang – layang akan bergerak ke arah atas. Layang – layang
ini biasanya digunakan untuk midwater trawl.
Otterboard
Otterboard berfungsi sebagai
pembuka sayap jaring ke arah samping. Besar kecilnya bukaan oterboard ke
arah samping ditentukan oleh cara penyetelan tali guci yang ada pada
otterboard tersebut. Ukuran otterboard harus disesuaikan dengan ukuran
jaring, karena ukuran jaring ditentukan oleh panjang tali ris atas yang
juga ditentukan oleh daya motor penggerak.
Jenis - Jenis Pukat Udang
Menurut Usemahu, A.R. dan
Tomasila, L.A. (2001), berdasarkan macamnya
pukat udang dapat dikelompokkan
berdasarkan :
1. Cara terbukanya mulut jaring
Ø Beam trawl
Ø Paranzella
Ø Otter trawl
2. Berdasarkan daerah operasinya
Ø Trawl dasar perairan (bottom trawl)
Ø Trawl pertengahan (midwater trawl)
Ø Trawl permukaan (surface trawl)
3. Berdasarkan jumlah kapal yang
menariknya
Ø Trawl satu kapal (one boat trawl)
Ø Trawl dua kapal (two boat trawl)
4. Berdasarkan jumlah trawl yang ditarik pada tiap – tiap kapal
Ø Trawl tunggal (single trawl)
Ø Trawl ganda (double rig trawl)
5. Berdasarkan tempat penurunan dan penaikan alat tangkap ke atas kapal
Ø Trawl samping (side trawl)
Ø Trawl buritan (stern trawl)
Pada saat operasi, dapat terjadi
hal-hal yang dapat menggagalkan operasi antara lain: Warp terlalu
panjang atau speed terlalu lambat atau juga hal lain maka jaring akan
mengeruk Lumpur, Jaring tersangkut pada karang atau bangkai kapal, jaring atau tali
temali tergulung pada screw, Otterboat
tidak bekerja dengan baik, misalnya terbenam pada lmpur pada waktu
permulaan penarikan dilakukan dan hilang keseimbangan, misalnya
otterboat yang sepihak bergerak ke arah pihak yang lainnya lalu
tergulung ke jaring (Waluyo.
1999).
2.3. Metode Pengoperasian Pukat Udang
Pukat udang (shrimp trawl)
adalah jenis jaring berbentuk kantong dengan sasaran tangkapannya udang.
Pukat udang dioperasikan di Indonesia stelah adanya larangan
penggunaan trawl melalui keppres No. 39 tahun 1980. Pukat udang
merupakan modifikasi dari alat penangkap trawl, dimana jarring ini
berbentuk kerucut. Jaring dilengkapi sepasang (2 buah) papan
pembuka mulut jaring (otter board) dan Turtle ExcluderDevice/TED.
TED adalah alat pemisah untuk meloloskan penyu. Tujuan
utamanya untuk menangkap udang dan ikan dasar (demersal), yang dalam
pengoperasiannya menyapu dasar perairan dan hanya boleh ditarik oleh
satu kapal motor. (Ayodhyoa. 1983)
Pukat
memiliki jaring yang berbentuk kerucut dan terdiri atas tiga bagian.
Bagian-bagian
tersebut
adalah:
- Dua lembar sayap (wing)
- Tali
penarik sebagai penghubung ke dua sayap di atas (warp)
- Badan(body)
- Kantong (codenc)
- By-catch
Excluder Device/BED (alat penangkal hasil samping)
Pukat udang pada prinsipnya terdiri dari
bagian kantong (cod end), badan (body), sayap (wing), sewakan (otter
board) dan tali-tarik (warp). Desain pukat udang pada prinsipnya adalah
sama dengan pukat harimau atau jaring trawl lainnya., tetapi pada pukat
udang ini dilengkapi dengan BED. BED
singkatan By-catch Excluder Device, tidak lain adalah jaring trawl yang
telah mengalami modifikasi sedemikian rupa yaitu dengan menambahkan
(menempatkan) bingkai jeruji pada bagian papan atau bagian perut antara
badan (body) dan kantong (baca: cod end). BED berfungsi sebagai penyaring dan/ataualat
yang meloloskan ikan yang bukan menjadi sasaran utama penangkapan (ikan
target). BED
merupakan
komponen kunci yang menjadikan Pukat Udang termasuk ke dalam alat
tangkap ramah
lingkungan) karena memberikan nilai selektivitas yang tinggi (Muhamad,
2011).
Pukat udang ini dioperasikan dengan ditarik menelusuri dasar perairan
oleh kapal berukuran 100 GT atau lebih dengan anak buah (crew) lebih
dari 10 orang. Lama penarikan antara 1-2 jam tergantung keadaan daerah
penangkapan (trawl ground). Daerah penangkapan dipilih yang permukaannya
rata, berdasar lumpur atau lumpur-pasir. Operasi penangkapan dilakukan
baik pada siang maupun malam hari, tergantung keadaan. (Ayodhyoa. 1983)
Teknisnya,
pertama dilakukan persiapan baik dari nelayan, kapal dan alat tangkap
(pukat udang). Setelah sampai di tengah laut atau mencapai target
penagkapan, maka alat tangkap dipasang dan dibenamkan ke dalam laut.
Apabila dilakukan siang hari maka dapat menggunakan burung untuk
menggiring ikan ke dalam jaring, sedangkan pada malam hari dapat
menggunakan lampu sebagai penarik perhatian ikan. Apabila telah
dibenamkan, jaring ditarik oleh kapal selama beberapa waktu dan bila
telah berisi hasil tangkapan maka jaring diangkat dan dipanen hasil
tangkapannya.
Cara
Pengoperasian Pukat Udang
Menurut Usemahu, A.R. dan
Tomasila, L.A. (2001), cara pengoperasian meliputi tahap - tahap sebagai
berikut :
Persiapan
Sebelum operasi penangkapan,
terlebih dahulu segala peralatan dan perlengkapan operasional agar
dipersiapkan secara teliti. Seperti penyusunan alat di tempatnya agar
memudahkan saat diturunkan, pemeriksaan mesin – mesin (mesin induk,
mesin winch), pembersihan palka, perbekalan es (apabila kapal tidak ada
mesin pendingin).
Penurunan
Jaring
Penurunan jaring pada saat operasi
dengan menggunakan pukat udang dapat dilakukan setiap saat baik siang
hari maupun malam hari, asalkan cuacanya baik dan memungkinkan untuk
menurunkan jaring. Setelah kapal sampai di daerah penangkapan yang
dituju, jaring dapat segeran diturunkan. Penurunan jaring mula -mula
dari bagian kantong, BED, badan jaring, sayap, bridle line (apabila
menggunakannya), otterboard dan tali penarik.
Penarikan
jaring
Urutan penaikan jaring merupkan
kebalikan dari urutan penurunan jaring. Selama operasi, jaring tersebut
terus ditarik sampai kira – kira 2 jam, kemudian baru dapat dinaikkan ke
atas kapal untuk diambil hasil tangkapannya.
Penanganan
Hasil
Apabila seluruh bagian alat
tangkap telah naik ke atas kapal, pengambilan hasil tangkapan dapat
dilakukan dengan cara mengangkat pangkal - pangkal kantong dengan
menggunakan boom, kemudian tali pada ujung kantong dibuka agar hasil
tangkapan yang berada di dalam kantong dapat dikeluarkan atau tercurah
di atas kapal.
KESIMPULAN
DAN SARAN
Kesimpulan
Pukat udang atau biasa
juga disebut pukat harimau merupakan jaring yang berbentuk kantong yang
ditarik oleh satu kapal, bisa melalui samping atau belakang. Alat ini
merupakan alat yang efektif namun tidak selektif sehingga dapat merusak
semua yang dilewatinya. Oleh karena itu kecenderungan alat tangkap ini
dapat menjurus ke alat tangkap yang destruktif. Aturan-aturan yang
diberlakukan pada pengoperasian alat ini relatif sudah memadai, namun
pada prakteknya sering kali dijumpai penyimpangan-penyimpangan yang pada
akhirnya dapat merugikan semua pihak.
Saran
Dalam kegiatan
penangkapan ikan tidak mudah perlu melihat pengaruh lingkungan, serta
menjaga ekosistem laut yang berkelanjutan. Salah satu caranya yaitu
mengetahui jauh lebih dalam alat penangkapan ikan, mulai dari cara
operasi penangkapan ikan, unit sumberdaya ikan, dan tujuan dari
penangkapan ikan itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous.1975.FAO CATALOGUE OF
SMAIL SCALE FISHING GEAR.FAO of.
Artikel mengenai Pukat Udang.
WIKIPEDIA INDONESIA.
Ayodhyoa, A.U. 1983. Metode Penangkapan Ikan. Cetakan pertama. Faperik:
IPB Bogor.
Drs.
Waluyo Subani, Ir. H.R. Barus. 1998/1999. Alat Penangkapan Ikan dan
Udang Laut di Indonesia. Balai Penelitian Perikanan Laut.
Manza, Huteri.2011. Mengenal Jenis-Jenis
Penangkap Ikan, Khas Indonesia. [terhubung
berkala] www.huteri.com/.../mengenal-jenis-jenis-penangkap-ikan-khas-indon..
(25 Desember 2011)
Muhammad,
Fadli.2011. Pukat Udang
.[terhubung berkala] fadlimuhamadakbarsaun.blogdetik.com/2010/12/24/pukat-udang/ (25
Desember 2011)
Sudirman, Mallawa Achmar. 2004. Teknik Penangkapan Ikan. Rineka Cipta:
Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo diisi yaw...